Arsip untuk Desember 22nd, 2015

Sebelum Langit Menjadi Merah

mom_close_up_child_baby_children_hand_17864_1920x1080

Sebelum langit menjadi merah–aku ingin mengenang lebih dalam sebuah makna yang pernah, akan, dan selalu terajut. Tentang untaian yang tak pernah terputus, dalam riak dan lekuk gelombang kehidupan. Aku ingin menelaah dan tersenyum lebih lama, hingga sudut mata meneteskan air yang mengalir melalui lekuk pipi dan berakhir di sudut dagu. Aku ingin bercerita tentang senyum ajaib yang menghapus air mata, serta pelukan nan nyaman penentram jiwa.

Dia yang begitu mencintaiku bahkan sebelum tau rupaku. Tak pernah berkata lelah meskipun tak sedikit beban yang direngkuh. Dia yang bahkan selalu terjaga untukku bahkan di saat sinar bulan tak cukup menerangi permukaan. Dia yang hatinya melebihi luas samudera, dan kasihnya menembus lapis-lapis angkasa.

Aku ingin berterima kasih, atas rasa cinta yang tak pernah berganti. Cinta dalam kesempurnaan, cinta dalam ribuan celah kekurangan. Aku ingin berterima kasih karena selalu ada saat dada ini begitu rapuh, saat raga ini butuh pelukan penyambung sendi ketegaran. Aku ingin berterima aksih atas segalanya, walau kutau tak sedikitpun dirinya meminta, dan bahkan tak sedikitpun ucapan ini membalas lautan jasanya.

Maaf. Maaf atas segala kepergianku selama hampir 10 tahun. Jarak yang memisahkan membuat tebing baktiku semakin jauh dari kesempurnaan. Ribuan alasan dengan mudah keluar tanpa memikirkan. Tetesan harapan terciprat menjauh dari keberadaan. Maaf atas segala kegoisanku, yang seringkali berharap pada yang lain, dan terlupa bahwa kau selalu ada untukku bercerita dan berkeluh kesah.

Sebelum langit menjadi merah–dan senja datang menghapus asa, ingin sekali aku memeluk dan mengecupmu, berucap dengan jujur bahwa aku mencintaimu dengan setulus-tulusnya cinta. Bahwa kaulah wanita pertama di hatiku, dan selalu seperti itu. Terima kasih, Ibu :’)

sumber dari sini